Saturday, October 01, 2005

KRISIS KESEHATAN PERSENDIAN ASIA

Secara Utuh Krisis Kesehatan Persendian Asia* Dikupas
Dalam Studi Terkini Menunjukkan 57 Juta Orang Penderita pada 2020


* Studi dilakukan di lima Negara Asia: Hong Kong, Taiwan, Singapura, Malaysia dan Indonesia


Berdasarkan hasil riset terbaru pada “Simposium Kesehatan Persendian 2005” di Hongkong lalu (27/9), akan banyak negara maju Asia* menghadapi ‘bom waktu’ masalah kesehatan persendian.


Dalam rangka menyebarluaskan informasi mengenai hal tersebut dan memenuhi komitmennya untuk selalu peduli pada kesehatan masyarakat dalam melakukan perawatan secara natural berdasarkan bukti-bukti ilmiah, serta peluncuran nama baru Seven Seas Joint Health yang akan lebih dikenal sebagai ’Seven Seas JointCare’ di Indonesia, PT Merck Tbk mengadakan diskusi sekaligus media briefing, dihadiri oleh Prof. Handono Kalim – Chairman of Indonesian Rheumatologist Association and Lecturer in University of Brawijaya, Malang, Robert Syarif – Public Figure sekaligus mantan atlit, R. Stock – President Director PT Merck Tbk serta Djoni Murwanto – Marketing Manager Consumer Health Care (CHC) PT Merck Tbk, yang dilaksanakan pagi hari ini (30/9), di Jakarta.

Simposium Kesehatan Persendian 2005 yang diselenggarakan oleh Merck Consumer Health Care (CHC), induk perusahaan global bisnis farmasi-kimia Merck, dihadiri oleh Amye Leong - pembicara resmi PBB untuk Dekade Tulang dan Persendian 2000-2010, pakar dan media internasional, diisi oleh pemaparan terperinci hasil riset penelitian ilmiah Professors Bruce Caterson dan Professor John Harwood dari Cardiff University, Inggris, yang untuk pertama kalinya menyediakan bukti-bukti klinis peranan Cod Liver Oil dalam memelihara kesehatan persendian. Kandungan aktif dalam Seven Seas Joint Health adalah Cod Liver Oil, sumber utama dari Omega 3 / Tri-Omega.

Cardiff University meneliti penggunaan Omega 3 / Tri-Omega fatty acids dalam sistem tubuh untuk mempelajari efek metabolisme kartilago. Penelitian ini merupakan penelitian yang pertama di dunia untuk menjelaskan tidak hanya bagaimana, tetapi juga mengapa Cod Liver Oil (CLO) efektif dalam membantu memperlambat kerusakan kartilago dan menurunkan mediator inflamasi yang umumnya berhubungan dengan arthritis. Hasil penelitian ilmiah terbaru Professor Caterson dan Professor Harwood dalam menemukan keefektifan Omega 3 (Cod Liver Oil) ini, akan dipublikasikan pada awal 2006.

Penelitian oleh Internasional Institute Synovate dilakukan di lima negara Asia – Indonesia, Malaysia, Hong Kong, Singapura dan Taiwan, secara khusus diminta oleh Merck Consumer Health Care, menyatukan para akademis terkemuka, professional kesehatan dan pakar kesehatan persendian dari Asia, Eropa dan Amerika, diantaranya Amye Leong, pembicara resmi PBB untuk Dekade Tulang dan Persendian 2000-2010, yang menjelaskan tujuan utama dari salah satu inisiatif penting kesehatan global PBB sekaligus berbagi pengalaman mengenai perjuangannya yang melelahkan dengan arthritis. Ia juga mengkhawatirkan adanya populasi masyarakat lansia di Asia, sehingga problem kesehatan persendian akan menjadi lebih buruk.

“Penyakit persendian merupakan masalah yang meningkat di Asia dan dunia. Hal ini juga merupakan problem yang diremehkan; 355 juta orang di seluruh dunia menderita arthritis dan diprediksikan pada tahun 2025, kelainan degeneratif pada tulang & persendian akan menjadi penyebab umum cacat fisik. Banyak hal perlu dilakukan oleh pemerintah, industri dan komunitas medis untuk meningkatkan kepedulian dalam mencegah kondisi persendian tersebut”, katanya seperti yang dikutip oleh R. Stock – President Director PT Merck Tbk.

Pertama kali secara utuh krisis potensial kesehatan persendian yang dialami oleh lima negara di wilayah regional tersebut, ditemukan bahwa lebih dari satu dari empat orang dewasa (26%) berumur antara 29 sampai 64 tahun menderita problem kesehatan persendian selama 12 bulan ke belakang. Ditambah lagi, dari para penderita ini, hampir satu dari dua (47%) mengatakan bahwa kondisi mereka telah berpengaruh secara signifikan terhadap kehidupannya sehari-hari.

Menurut Djoni Murwanto – Marketing Manager Consumer Health Care (CHC) PT Merck Tbk, penelitian terkini Synovate memperlihatkan keinginan kuat dari para konsumen untuk menjaga pola hidup sehat. Data tersebut memperlihatkan bahwa 82% orang dewasa sudah melakukan olahraga secara rutin sementara 78% mengaku menjalankan pola makan sehat. Secara signifikan lebih dari setengah responden (63%) juga mengonsumsi obat-obatan yang dijual bebas (over-the-counter/OTC) untuk mengatasi sakit persendian mereka.

Perhitungan berdasarkan angka resmi menunjukkan perubahan demografi pada populasi masyarakat berumur antara 50 dan 64 meningkat secara mengejutkan sebesar 62% pada tahun 2010 di wilayah survey Asia*. Artinya, lebih dari 57 juta orang menderita problem persendian, termasuk kerusakan kartilago dan inflamasi menyakitkan yang umumnya berhubungan dengan arthritis. Hal itu, menunjukkan perbedaan yang jelas antar negara tetangga. Di Indonesia, misalnya, 44% orang yang disurvey pernah mengalami masalah kesehatan persendian dalam 12 bulan terakhir dibandingkan dengan Taiwan hanya 16%.

Lebih lanjut, pada kelompok umur 50-64, dimana problem persendian sering memerlukan intervensi operasi besar, termasuk operasi pengganti lutut dan panggul, perbedaannya menjadi semakin nyata. Di Indonesia misalnya, 65% orang di kelompok tersebut dilaporkan mengalami sakit persendian dibandingkan dengan Hong Kong, hanya 39%.

Robert Syarif, mantan atlit binaragawan dan juara nasional angkat besi 1972, menuturkan pengalaman pribadinya dan merasa beruntung tidak termasuk dalam kelompok 65% tersebut di atas. Purnawirawan Brimob yang hingga usia lanjutnya kini masih aktif melakukan berbagai kegiatan tanpa terhalangi oleh masalah kesehatan persendian, sangat merasakan manfaat yang besar karena mengkonsumsi makanan bergizi yang mengandung Omega 3 (CLO) sejak muda. Aktor yang digemari pemirsa TV seluruh Indonesia melalui perannya sebagai om Jin, berharap agar generasi muda sekarang juga dapat turut merasakan manfaat yang telah diperolehnya jika mereka telah berusia lanjut, dengan menjalankan pola hidup sehat dan menjaga kesehatan sendi sejak dini.

“Penelitian baru yang penting bagi kesehatan persendian di Asia ini, juga mengungkapkan hal-hal menakjubkan sehubungan dengan kehidupan dan tingkah laku para penderita, sehingga muncul permintaan besar dan luas yang belum terpenuhi untuk pengobatan natural berdasarkan pembuktian yang ada di pasar obat bebas (over the counter / OTC),” kata Djoni Murwanto – Marketing Manager Consumer Health Care (CHC) PT Merck Tbk.

“Hal ini tidak hanya menambah kepercayaan kami, bahwa brand Seven Seas JointCare dapat menjadi pemimpin pasar di Indonesia, tetapi – seperti komitmen kami terhadap ilmu pengetahuan – juga dapat turut membantu mencegah ‘bom waktu’ kesehatan persendian yang siap meledak dengan melakukan kontribusi signifikan untuk meringankan penderitaan para penderitanya.”

Read More...

Tuesday, September 27, 2005

JOINT HEALTH SYMPOSIUM - Hong Kong

Full Extent of Asia* Joint Health Crisis Revealed as
New Study Points to 57 Million Sufferers by 2020

*Market sizing information based on estimates for Asia markets including
Indonesia, Malaysia, Singapore, Taiwan, Hong Kong and Thailand.


Many of Asia’s leading economies* are facing a joint health ‘time bomb’ according to new research presented today to an international gathering of experts.


The research uncovers for the first time the full extent of a potential joint health crisis facing five key countries in the region. It reveals that more than one in four adults (26%) aged between 29 and 64 suffered joint health problems in the last 12 months. In addition, of these sufferers, almost one in two (47%) say their condition has impacted significantly on their daily lives.

Guests at the Symposium, which featured a key-note address by Amye Leong, official spokesperson for the United Nations endorsed Bone and Joint Decade 2000-2010, were also warned that due to an ageing population in Asia, the joint health problem is set to deteriorate.

The research, conducted by leading international research institute Synovate and commissioned by Merck Consumer Health Care, was presented at the 2005 Joint Health Symposium, which brought together leading academics, healthcare professionals and experts in joint health from Asia, Europe and the Americas.

According to calculations based on official figures, demographic changes will see the population aged between 50 and 64 increase by a staggering 62% by 2010 in the five Asian markets surveyed*. In human terms, this will see more than 57 million sufferers beset by joint problems including damaged cartilage and painful inflammation commonly associated with arthritis.

The research conducted in five Asian markets – Indonesia, Malaysia, Hong Kong, Singapore and Taiwan – also highlights striking differences between neighboring countries. In Indonesia, for example, 44% of people questioned had suffered from joint health problems in the last 12 months compared to just 16% in Taiwan.

Furthermore, in the key 50-64 age group, where joint problems often require major surgical intervention, including knee and hip replacements, the differences become even more marked. In Indonesia for example, 65% of people from this age group reported joint pains compared to just 39% in Hong Kong.

The 2005 Merck CHC Joint Health Symposium

The 2005 Joint Health Symposium was convened by Merck Consumer Health Care (CHC), a wholly-owned subsidiary of the global Merck pharma-chemical business, to mark the launch of its Seven Seas Joint Health brand across Asia.

In addition to UN Bone and Joint Decade spokesperson Amye Leong, the audience of international experts and media also heard details of recent scientific research from Professors Bruce Caterson and John Harwood of Cardiff University in the United Kingdom, which for the first time provides clinical evidence of the role Cod Liver Oil can play in the maintenance of healthy joints. The active ingredient in the Seven Seas joint health brand is Cod Liver Oil, a primary source of Omega 3 / Tri-Omega.

The Cardiff University studies used Omega 3 / Tri-Omega fatty acids in culture systems to study their effects on cartilage metabolism. These studies were among the first in the world to demonstrate not only how but also why Cod Liver Oil (CLO) is effective in helping slow down the progression of cartilage destruction and reduced inflammatory mediators commonly associated with arthritis.

Professor Caterson and Team from Merck Indonesia

Professor Caterson and Professor Harwood’s latest scientific results, demonstrating the efficacy of Omega 3 (Cod Liver Oil) is planned to be published in early 2006.

Amye Leong, spokesperson for the United Nations-endorsed Bone and Joint Decade, addressed the audience about her devastating personal battle with arthritis as well as outlining the key objectives for one of the UN’s most important global health initiatives.

“Joint disease is an increasing problem in Asia and across the world. It is also a problem which is severely underestimated; 355 million people across the globe suffer from arthritis and it is predicted that by 2025, degenerative bone and joint disorders will be the commonest cause of physical disability. Much more needs to be done by governments, industry and the medical community to help raise awareness of how to prevent joint conditions” she said.

The launch of Seven Seas Joint Care

Leading executives from Merck CHC and Seven Seas spoke at the Joint Health Symposium about their commitment to make evidence-based natural treatments available to consumers across Asia.
In 2005, Merck CHC will launch its Seven Seas Joint Health brand in Hong Kong, Malaysia, Singapore, Indonesia and Taiwan. The brand will also go on sale in Thailand in 2006.

In Indonesia the Seven Seas Joint Health brand will be launched on September 30th, 2005 and will be known as Seven Seas JointCare.

Professor Handono Kalim, MD, PhD - President of Indonesian Rheumatology Association, discussing Arthritis in Indonesia to Indonesian Jounalists during country break-out session


According to Merck CHC, the latest Synovate research demonstrates a strong desire among consumers to maintain a healthy lifestyle. The data shows that 82% of adults already exercise regularly while 78% claim to eat a healthy diet. Significantly more than half of respondents (63%) also take over-the-counter treatments for their joint pains.

“This important new research into joint health in Asia, which also includes fascinating insights into the lives and attitudes of sufferers, suggests that there is a strong and largely unmet demand for evidence-based natural treatments that are available over the counter (OTC),” said Chris Zanetti, Managing Director of Seven Seas.

“This not only gives me confidence that the Seven Seas Joint Health brand can become a market leader in this region, but – as our commitment to science demonstrates – can also help to prevent a joint health time bomb exploding by making a significant contribution in alleviating the pain of sufferers.”


Read More...

Friday, June 17, 2005

Pengaruh DEMOGRAFI pada Tingkat ANEMIA

INDONESIA BEBAS ANEMIA 2005
Pengaruh Demografi pada Tingkat Anemia,mewujudkan
Indonesia Sehat melalui Masyarakat Bebas Anemia

Penyakit Anemia yang mempengaruhi kadar normal Hb dalam darah, tidak saja disebabkan oleh gaya hidup dalam mengkonsumsi makanan yang kurang bergizi, tetapi juga bisa disebabkan oleh faktor demografi, seperti: tingkat pertumbuhan populasi dan kondisi sosial ekonomi.


Hal tersebut diungkapkan oleh Prof. DR. dr. Ag. Soemantri, SpA (k), Guru Besar / Staff Pengajar Bagian Ilmu Kedokteran Anak FK Univ.Diponegoro / RS. Dr. Kariadi Semarang dalam makalahnya sehubungan dengan penyuluhan kampanye ‘Indonesia Bebas Anemia 2005’ dan pembahasannya untuk menciptakan masyarakat bebas anemia.

Suatu daerah yang memiliki faktor-faktor demografi seimbang & baik, diperkirakan dapat lebih cepat menciptakan masyarakat sehat dibanding daerah yang berdemografi kurang seimbang.

Faktor-faktor demografi, seperti letak ketinggian tanah dari permukaan laut, jumlah komposisi penduduk yang seimbang antara laki-laki dan perempuan, luas daerah yang dimukimi dengan luas daerah secara keseluruhan, orbitan (jarak dari pusat pemerintahan desa), iklim cuaca, curah hujan pertahunnya maupun suhu udara rata-rata, semua dapat mempengaruhi roda perekonomian & menentukan mata pencaharian mayoritas penduduk.

Dengan tingkat populasi yang seimbang, serta didukung dengan mata pencaharian yang mudah didapat karena faktor demografi daerahnya dan keadaan sosial ekonomi penduduk yang berkembang baik, otomatis tingkat pendidikan dan kepeduliannya terhadap kebersihan lingkungan dan kesadaran akan pentingnya asupan gizi bagi kesehatan dapat tercukupi dengan baik, sehingga dapat tercipta masyarakat bebas anemia dalam lingkungannya.

Bekerjasama dengan instansi pemerintah terkait setempat, pogram tahunan berkala Sangobion bertema ’Indonesia Bebas Anemia’ dilaksanakan di beberapa daerah propinsi Indonesia dengan mengadakan berbagai macam kegiatan edukasi & sosialisasi mengenai Anemia.

Diantaranya mensosialisasikan gejala penyakit anemia 5L (Lelah, Letih, Lemah, Lesu dan Lunglai) kepada masyarakat agar mereka mengetahui hal-hal yang mengakibatkan kadar hemoglobin (Hb) dalam darah dapat menjadi tidak normal dan menempatkannya sebagai ’penyakit’ yang harus mendapat perhatian serius.

Kampanye ‘Indonesia Bebas Anemia 2005’, yang diselenggarakan oleh PT Merck Tbk, produsen obat Anti Anemia – Sangobion, dalam rangka turut membantu pemerintah (DepKes) mewujudkan kesuksesan program-nya ’Menuju Indonesia Sehat 2010’ melalui sosialisasi konsep hidup sehat, dilaksanakan tahun ini di propinsi Jawa Tengah dan DI.Yogyakarta dengan melibatkan beberapa kabupaten di kota Purwokerto, Solo serta DI.Yogyakarta.

Selain kegiatan diadakannya penyuluhan kepada para remaja, orang tua/dewasa, SLTP/SLTA, PKK maupun SSI (Small Scale Industry), diadakan pula Lomba ‘Masyarakat Sehat Bebas Anemia’ di DI.Yogyakarta, yang memperebutkan piala bergilir GKR. Hemas, piala tetap dan uang tunai.

Pada puncak acara ini pula, Sangobion PT Merck Tbk mendapat penghargaan MURI (Museum Rekor Indonesia) sebagai pemecah rekor & penyelenggaraan tes anemia massal dengan peserta ter-banyak pada waktu & tempat yang sama dalam satu hari, yaitu sebanyak 3.000 orang peserta (di luar peserta lomba desa).

“Kampanye ini positif, karena masyarakat bisa mengambil manfaat banyak tentang anemia serta tahu bagaimana mengantisipasinya“, tutur GKR. Hemas, Ibu Gubernur DI.Yogyakarta, selaku wakil daerah teladan yang memiliki angka kesakitan anemia terendah selama kampanye ’Indonesia Bebas Anemia’ - Sangobion berlangsung.

Beliau berpendapat bahwa program penanggulangan anemia gizi besi yang berlandaskan ’kemitraan & pendekatan keluarga’ merupakan keharusan upaya dari berbagai sektor terkait dan swasta, agar status kesehatan masyarakat didaerahnya meningkat.

“Dengan berkesinambungannya kegiatan kampanye Sangobion ini, kami optimis dapat turut mensukseskan Indonesia Sehat“, ujar Koesdianto Setyabudi, Vice President Director PT Merck Tbk, seraya menambahkan bahwa melalui salah satu aktifitas ‘Indonesia Bebas Anemia 2005’ yaitu lomba Masyarakat Sehat Bebas Anemia yang dilaksanakan di DI.Yogyakarta, dapat mewujudkan daerah sehat bebas anemia yang mendukung terciptanya Indonesia Sehat, dan para daerah pemenang lomba dapat memotivasi daerah lainnya untuk lebih memperhatikan kesehatan, asupan gizi, kebersihan sanitasi dan lingkungan.

Hingga kini, PT Merck Tbk secara konsisten dan berkesinambungan telah melaksanakan program anti anemia tahunan berkala Kampanye Sangobion ’Indonesia Bebas Anemia’ sejak tahun 2002 di beberapa daerah propinsi Indonesia: Jawa Timur, Jawa Barat, Sumatera Utara, Jawa Tengah dan DI.Yogyakarta.

Read More...

Sunday, June 12, 2005

Daerah Sehat, Masyarakat Bebas Anemia

JOGJA SEHAT 2005
Mewujudkan Daerah Sehat, Melalui Lomba ’Masyarakat Bebas Anemia’

Puncak acara Lomba Masyarakat Bebas Anemia tingkat provinsi DIY yang diikuti oleh 15 desa dari 4 kabupaten dan 1 kota wilayah DIY sejak tanggal 22 Mei hingga 5 Juni 2005, diselenggarkan oleh PT Merck Tbk, produsen obat Anti Anemia – Sangobion mewujudkan kesuksesan program ’Menuju Indonesia Sehat 2010’ dan ’Jogja Sehat 2005’ digelar hari ini (12/6) secara akbar dengan berbagai hiburan di Alun-alun Utara Yogyakarta, dihadiri oleh ibu Gubernur DIY, Gusti Kanjeng Ratu Hemas, untuk memberikan secara langsung hadiah piala bergilir GKR Hemas kepada pemenang.


Lomba Masyarakat Bebas Anemia DIY ini, merupakan salah satu rangkaian kampanye anti anemia tahunan berkala bertema ’Indonesia Bebas Anemia’ PT Merck Tbk dengan instansi pemerintah terkait, yang bertujuan memberikan edukasi dan penyuluhan akan penyakit anemia, mulai dari gejala hingga penanggulangannya kepada masyarakat, termasuk mewaspadai gejala 5L: Lelah, Letih, Lemah, Lesu dan Lunglai, yang dapat menurunkan produktifitas dan vitalitas tubuh dalam beraktifitas.

Peserta lomba yang berasal dari Dati II DIY: Sleman, Bantul, Kulon Progo, Wonosari dan kodya Yogya ini ditentukan oleh Pemda setempat, dimana terpilih 3 desa / kecamatan dari masing-masing kabupaten untuk berpartisipasi. Sebanyak 200 orang mewakili setiap desanya, sehingga total jumlah menjadi 3.000 orang peserta.

“Kriteria penilaian lomba Masyarakat Bebas Anemia DIY, kami bagi dengan 3 kategori,“ ujar Herlany Goenawan, Brand Manager Sangobion PT Merck Tbk, menjelaskan bahwa Lingkungan desa yang bersih dan sehat dilihat dari sanitasi & penghijauan; Bebas anemia dari hasil tes darah 200 warga peserta lomba; serta kreatifitas warga, akan menentukan Juara-juara yang berhak menerima Piala Bergilir GKR Hemas, Piala tetap dan uang tunai.

“Kami berharap lomba ini dapat mewujudkan daerah sehat bebas anemia dan para pemenang dapat menjadi contoh bagi lainnya untuk lebih memperhatikan kesehatan, asupan gizi, kebersihan sanitasi dan lingkungan, “ tutupnya.

Wakil Presdir PT Merck, Koesdianto Setyabudi mengatakan, sejak tahun 2002 PT Merck telah melakukan sosialisai dan tes darah di beberapa daerah propinsi Indonesia, seperti: Jawa Timur, Jawa Barat dan Sumatera Utara. Pada tahun 2005 ini dipusatkan di Jawa Tengah dan DI Yogyakarta. Yang meliputi Purwokerto, Solo dan Yogyakarta.

"Berdasarkan test, untuk Solo test darah 3953 orang positip anemia sebanyak 899 orang, untuk Purwokerto yang melakukan 3.254 orang yang positif anemia sebanyak 1.021 orang sedangkan di Yogyakarta dengan 3.350 orang yang ditest darah, hanya 325 orang yang positif kena anemia."


DIY PALING SEDIKIT PENDERITANYA,
Timuran, Kampung Juara Bebas Anemia


Dalam rangkaian kampanye Indonesia Bebas Anemia 2005, dusun Karanganyar dan kampung Timuran, Kelurahan Brontokusuman Yogyakarta keluar sebagai juara I Masyarakat Sehat Bebas Anemia 2005 Propinsi DI Yogyakarta.

Lurah Karanganyar Brontokusuman, Suyono mengatakan bahwa dari 361 orang yang melakukan tes darah hanya terdapat 4-6 orang yang terindikasi kena anemia. Dengan tingkat usia sekitar 50 tahun.

Menurutnya, masyarakat sudah mengetahui tentang pentingnya kesehatan. Hal ini dikarenakan pihaknya bersama kader terus memberikan pengarahan pentingnya kesehatan, hidup sehat dan lingkungan yang bersih. Selain itu juga didukung dengan adanya Puskesmas yang memberikan layanan kesehatan setiap saat kepada masyarakat tanpa memungut biaya.

“Kami terjun langsung untuk memberikan pengarahan kepada masyarakat tentang pentingnya hidup sehat dan lingkungan yang bersih. Terus Puskesmas juga tidak jauh dari tempat kita dengan biaya gratis,” tegasnya.

Mengingat sedikitnya orang yang kena anemia di Karanganyar ini, Suyono mengaku optimis dusunnya akan bebas dari anemia. Pasalnya dengan angka 4-6 orang ini sangatlah mudah untuk menghilangkannya. Apalagi saat ini obat anti anemia telah diberikan kepada masyarakat, serta dana sebesar Rp 2 juta pertahun untuk reboisasi dan kebersihan dari DI Yogyakarta. “Saya optimis kita akan bebas dari anemia, apalagi angkanya sangat kecil,” tegasnya.

Sebagai juara pertama Dusun Karanganyar dan Timuran berhak mendapatkan piala bergilir GKR Hemas, piala tetap dan uang tunai. Sedangkan juara kedua diraih oleh Dusun Jurugenthong, Kelurahan Banguntapan, Bantul dan juara ketiga diraih Dusun Kidul, Kelurahan Ngawen, Gunungkidul.

Read More...